Suasan Pesta Kembang Api di Monas |
Tahun
baru mashi baru saja berlalu, berbagai negara merayakannya dengan cara yang
berbeda-beda namun identiknya perayaan tahun baru mashi dari tahun ke tahun selalu
dirangkaikan dengan pesta kembang api tak kerkecuali dengan Indonesia dan Jakarta
menjadi tempat perayaan terbesar dari pesta perayaan ini.
Di Ancol
saja pesta kembang api ini menelan biaya sebesesar Rp 1 Miliar pada malam tahun
baru. Di lansir dari Tribunnewa.com (Kamis, 28 Desember 2017 17:39 WIB) Direktur
Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, C Paul Tehusijarana
mengatakan, pesta kembang api pada malam Tahun Baru menelan
dana sekitar Rp 1 miliar.
Pesta
yang digarap dengan konsep Musikal Fireworks menyajikan 32.000 letupan kembang
api selama 15 menit dipastikan akan membuat langit Ancol malam itu
begitu meriah.
"Musical
Fireworks akan berlangsung tepat di Pukul 00.00 WIB, pada 1 Januari 2017 nanti
ya dan selama 15 menit letupan kembang api akan menghiasi langit Jakarta Utara.
Pesta Kembang api ini menelan biaya Rp 1 miliar," kata Paul, pada Kamis
(28/12/2017).
Ini baru pada satu titik di
Indonesia, andai kita bayangkan berapa masyarakat indonesai habiskan untuk
merayakan tahun baru mashi yang notabennya dirayakan oleh masyarakat yang
menganut agama non islam??? Andai dana yang dihabisakan oleh masyarakat Indonesia
digunkan untuk mengatasi masalah kemiskinan yang menjadi masalah klasik di Indonesia
yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) merilis jumlah masyarakat miskin di
Indonesia mencapai 27,77 juta orang pada Maret 2017.
Ini bukan permasalah boleh
atau tidaknya merayakan malam pergantian tahun ini namun seberapa bermanfaatnya
perayaan malam tahun baru bagi masyarakat Indonesia itu sendiri.
Beranjak
ke topik utama kita tentang apa yang menjadi landasan dalil ekonomi islam dalam
hal ini???
Di surat Al-Maaida - Ayat 77 Allah SWT berfirman yang artinya katakanlah: "Hai Ahli
Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak
benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang
telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah
menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.
Jadi apakah kita tidak dikatakan
berlebihan jika kita menghabiskan dana yang besar hanya untuk kenikmatan yang
kasat mata yang belum tentu semua orang menikmatinya? Bagimana jika ada
orang-orang yang sakit dan sedang berada dirumah sakit? Bagimana dengan
anak-anak yang baru lahir? Bagiaman dengan orang tua? Ketika kita merayakan
malam tahun baru dengan pesta kembang api.
Semoga kita dapat lebih berfikir
bijak dalam memandang suatu masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar