Senin, 01 Januari 2018

Perayaan Tahun Baru Mashi dalam Kajian Ekonomi Islam

Suasan Pesta Kembang Api di Monas

Tahun baru mashi baru saja berlalu, berbagai negara merayakannya dengan cara yang berbeda-beda namun identiknya perayaan tahun baru mashi dari tahun ke tahun selalu dirangkaikan dengan pesta kembang api tak kerkecuali dengan Indonesia dan Jakarta menjadi tempat perayaan terbesar dari pesta perayaan ini.
Di Ancol saja pesta kembang api ini menelan biaya sebesesar Rp 1 Miliar pada malam tahun baru. Di lansir dari Tribunnewa.com (Kamis, 28 Desember 2017 17:39 WIB) Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, C Paul Tehusijarana mengatakan, pesta kembang api pada malam Tahun Baru menelan dana sekitar Rp 1 miliar.
Pesta yang digarap dengan konsep Musikal Fireworks menyajikan 32.000 letupan kembang api selama 15 menit dipastikan akan membuat langit Ancol malam itu begitu meriah. 
"Musical Fireworks akan berlangsung tepat di Pukul 00.00 WIB, pada 1 Januari 2017 nanti ya dan selama 15 menit letupan kembang api akan menghiasi langit Jakarta Utara. Pesta Kembang api ini menelan biaya Rp 1 miliar," kata Paul, pada Kamis (28/12/2017).
Ini baru pada satu titik di Indonesia, andai kita bayangkan berapa masyarakat indonesai habiskan untuk merayakan tahun baru mashi yang notabennya dirayakan oleh masyarakat yang menganut agama non islam??? Andai dana yang dihabisakan oleh masyarakat Indonesia digunkan untuk mengatasi masalah kemiskinan yang menjadi masalah klasik di Indonesia yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) merilis jumlah masyarakat miskin di Indonesia mencapai 27,77 juta orang pada Maret 2017.
Ini bukan permasalah boleh atau tidaknya merayakan malam pergantian tahun ini namun seberapa bermanfaatnya perayaan malam tahun baru bagi masyarakat Indonesia itu sendiri.
Beranjak ke topik utama kita tentang apa yang menjadi landasan dalil ekonomi islam dalam hal ini???
Di surat Al-Maaida - Ayat 77 Allah SWT berfirman yang artinya katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.
Jadi apakah kita tidak dikatakan berlebihan jika kita menghabiskan dana yang besar hanya untuk kenikmatan yang kasat mata yang belum tentu semua orang menikmatinya? Bagimana jika ada orang-orang yang sakit dan sedang berada dirumah sakit? Bagimana dengan anak-anak yang baru lahir? Bagiaman dengan orang tua? Ketika kita merayakan malam tahun baru dengan pesta kembang api.
Semoga kita dapat lebih berfikir bijak dalam memandang suatu masalah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar